Sinopsis : Belajar merupakan proses pencarian jati diri manusia untuk lebih baik dalam hidup dan kehidupannya dimasa yang akan datang. Pembelajaran adalah sebuah proses pencapaian keilmuan tertentu yang ditempuh dengan sebuah proses perjuangan dalam menundukan keliaran dalam dirinya untuk dapat ditaklukan hingga mencapai batas inisiasi dan lahir sebagai manusia baru dengan berbagai wawasan, sikap,kecakapan yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya.Purna Widya Prajna, adalah sebuah proses kemenangan seorang manusia dalam menundukan berbagai rintangan dan kendala hidupnya, hingga dapat menuntaskan perjuangannya dengan sempurna.
Sumber Cerita : Naskah Pantun Munding Laya Dikusumah
Ringkasan Cerita : Diceritakan seorang tokoh pantun bernama Mundinglaya Dikusumah yang dinobatkan sebgai calon raja pajajaran, Padmawati sebagai seorang ibu menginginkan anaknya dapat menjalankan tugas keprabuannya dilaksanakan dengan baik, adil, jujur dan bijaksana. Mundinglaya dititipkan padaadiknya Guru Gantangan untuk digembleng menjadi seorang manusia sempurna.
Guru Gantangan mempunyai seorang putra bernama Haria Banga yang seumuran dengan Mundinglaya Dikusumah. Sebagai seorang manusia Guru Gantangan Terhasut sisi jelek kehidupannya maka ia berniat untuk merebut tahta kerajaan dan menobatkan Haria Banga sebagai calon raja. Munding Laya di penjarakan dalam sebuah penjara bawah air di leuwi Sipatahunan.
Melihat gelagat demikian maka dengan segenap keberanian Padmawati membebaskan Mundinglaya Dikusumah serta menyarankan untuk berangkat ke Jungring Salaka yang bersada dilangit ke tujuh Tempat Guriang Tujuh bersemayam. Padmawati berpesan bahwa anaknya harus bisa merebut Salaka Domas, yang berada pada gengaman Guriang Tujuh.
Berangkatlah sang pangeran menuruti tugas ibundanya untuk berangkat ke langit ke tujuh bersama para pengawalnya seperti gelap ngampar, gagak lumayung dan lainnya.berbagai halangan dan rintangan telah ditaklukannya dengan baik sampai ia harus berhadapan dengan guriang tujuh penguasaka jungring salaka. Dengan segenap kekuatan dan kedekatannya serta kekuatan doa ibunya sang pangerang pun dapat merebut Salaka Domas dari genggaman Guriang Tujuh.
Turunlah Sang Manusia sejati ke bumi dan menghaturkan sembah sujudnya pada ibunda Padmawati sebagai satu kekuatan spiritual yang menjadi pendorong keberhasilannya. Maka dinobatkanlah Sang Pangeran menjadi penguasa pajajarandengan gelar PRABU SILIHWANGI atau lebih terkenal dengan julukan Prabu Siliwangi.
Analisa karakter : MUNDINGLAYA DIKUSUMAH sebagai simbol kebaikan dari sisi baik manusia merupakan contoh tauladan yang harus ditiru semangat, serta perjuangannya dalam mencapai proses pendewasaan dirinya ( inisiasi ) dengan cara menempuh berbagai ujian, baik dari gurunya, ibunya, dan kendala dalam kehidupannya. Tetapi dengan satu keyakinan ia dapat menuntaskan semuanya dengan sempurna ( Prajna ) hingga gelar Prabu dapat ia sandang sebagai simbol dari keberhasilannya dalam menuntut Ilmu dan pengetahuan tentang tatacara emngeloala negara ( Salaka domas ) sampai selesai ( Purna Widya ). Ia di Wisuda dengan gelar PRABU SILIWANGI.
HARIA BANGA simbol dari manusia yang ambisius yang menghalalkan segala cara dengan memanfaatkan kekuasaan ayahnya sendiri untuk mencapai suatu tujuan tertentu malah tidak berhasil menemukan jati dirinya, ia terbelenggu dengan kebanggan semu dan berakhir dipenjara pajajaran
PADMAWATI sosok seorang Ibu yang begitu alem, penuh motivasi dan doa telah berhasil membentuk karakter anaknya menjadi manusia PURNAWIDYAPRAJNA, menjadi gambaran serta simbol kekuatan doa serta kasih sayang orang tua terhadap anaknya.
GURIANG TUJUH sosok peri suci yang telah menguasai berbagai bidang keilmuan terutama Gegaman Salaka Domas terkadang lebih banyak menguji dan memberikan wawasan dengan caranya, Ia memberikan gegaman tidak asal memberi tetapi melewati proses pengujian serta pertarungan yang sangat alot hingga Ia dapat menitis pada manusia yang memang sudah sampai pada batas PURNAWIDYAPRAJNA Guriang Tujuh lebih pantas disimbolkan sebagai suatu lembaga Pendidikan / sekolah hingga untuk menemuinya mundinglaya harus menempuh langit ke tujuh ( punya cita-cita tinggi ) hanya untuk sampai dijungring salaka.
Ploting : 1. Visualisasi tokoh Mundinglaya Dikusumah sebagai sosok manusia yang telah cukup umur untuk mengemban tugas kehidupan dan menjalankan tampuk kekuasaan pajajaran;
2. Visualisasi penyerahan tanggung jawab dari orang tua ( padmawati pada seorang guru gantangan untuk menggembleng anaknya menjadi manusia yang punya jatidiri, wawasan, sikap, serta kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupannya dimasa yang akan datang.
3. Visualisasi Inisiasi / pencarian jati diri seorang manusia dalam menempuh pembelajaran hidupnya dalam hikmah yang digambarkan dengan peperangan sebagai simbol penaklukan keliaran-keliaran diri dalam mencapai kesempurnaan
4. Visualisasi keberhasil seorang Mundinglaya Dikusumah dalam menempuh Ujian Hidupnya hingga di Wisuda sebagai purnawidyaprajna dengan gelar PRABU SILIWANGI
Naskah Senratawacana
“ Purnawidyaprajna “
Adegan I
Overture : Panggung Kosong, perkusi mulai ditabuh sebagai permulaan bahwa pertunjukan akan dimulai,terdengar sengauan suara-suara sebagai representasi lagu Bima Mobos yang diungkap dengan Vokal dan Keyboard ( Horn ) yang ditimpali Gamelan degung dengan tempo lambat menuju cepat hingga menyentak auditif sebagai upaya pemukauan serta pengkondisian suasana yang akan dibangun.
Rajah : Masuk Pirigan Kacapi bersamaan dengan juru pantun yang ditimpali suasana yang dibunyikan gamelan degung.
Masuk seorang Juru pantun, Juru Rajah, juru kacapai dan pemeran utama dalam cerita pantun ini ke ketengah panggung lalu memvisualisasikan sebuah proses seni pantun dengan cerita Mundinglaya Dikusumah.
( Kacapi papantunan dan Juru Rajah )
Pun Sapun kanu Agung ka Gusti nu Maha Suci
Pun Sapun kanu Agung ka Gusti nu Maha Suci
Jisim abdi seja Midua Midua Kasalametan
Muga ieu Kariaan langsar Lungsur nu diteda
Lulus Banglus nu diseja.... ( Juru Rajah )
Kacatur dihiji lembur kaguar dihiji tempat, mundinglaya dikusumah sang putra padmawati nu nuju ngahurun balung mirenung panitah indung. Aduh alah ieung, aduh alah ieung , aduh alah ieung uing kudu maju ngaheuyeruk dayeuh makalangan ngolah nagara, aduh alah ieung aduh alah ieung.
Bingung nu taya tungtung seunggah nu taya batas
Bingung nu taya tungtung seunggah nu taya batas
Tapi kitu teu kitu-kitu acan mah lain oge calon Raja, nya kang ( alok )
Da sumuhun kitu pisan da sumuhun kitu pisan ( juru Pantun )
Teras kumaha tah munding laya teh kang jujutanana ( alok )
Oh lamun eta mah hayu urang sakseni we..............................
Ya ya ya ya nunang naning nang nuninaaaaaang ( eup ah, eup ih )
Nunang naning nang nuninang nuang naning nang nuninag.. ( hoyah )
Para pemeran utama berdiri dan menuju ke tengah panggung serta untuk memulai cerita.
Adegan II
Narator
Padmawati :
: leuwi sipatahunan jadi saksi
lahirna hiji manusa sajati
nu gagah perkosa,adil bijaksana tur masagi
hiji spirit nu pinuh ku pangarti
leber wawanen,tur kajembaran ati
calon prabu siliwangi.
( Musik / pirigan lagu Bima Mobos yang dikolaborasikan dengan keyboard dan vokal / suara-suara, masuk penari putri yang menggambarkan kegelisahan Padmawati )
Sang Ibu Padmawati guligah ati
Ras ka putra pupujen ati
Melang longkewang ngagedag diri
Deudeuh kasep anak ambu hiji-hijina ( kembang Tanjung Panineungan )
Hiji waktu hidep ngarti kana naon maksudna
Maksud tina siloka laksaning siloka
geura cangking salaka domas gegaman guriang tujuh
Geura tundukkeun sagala panyakit diri nu nyiliwuri dina ati
hidep geus meujeuhna miang ngarandap juang
hidep geus manjing wanci miboga jati diri
bral kasep geura sorang jungring salaka
deudeuh kasep................................
( Musik Berubah dari suasana hening bermodulasi ke suasana agak gaduh dengan dimasukannya elemen musik gamelan sebagai aksentuasi )
Mundinglaya : Ambu ibunda Padwati........ ( lemah cai kuring, nagri endah asri .......... )
ibu suri lemah cai petetan istren nagari
putra sumujud tur miharep ridlo salira ibu
pidua tur pangjurung salira disidem na ati sanubari
mugia putra saenggalna meruhkeun kakuatan guriang tujuh
ngageum salaka domas nyangking jungkiring jungring
putra amit mundur, undur tina kembang sosoca
putra seja anggang, miang nemonan juang
Sampurasun ibu............ ( Teu Honcewang sumoreang....................... )
( masuk Penari bendera melingkari mundinglaya,menari rampak dengan tema heroik sebagai simbol kesiapan jiwa munding laya menuju medan laga yang diiringi dengan lagu mars)
Hayu paman ranggalawe, gagak lumayung, kidang pananjung
urang miang kalangit katujuh,jungring salaka nu agung
urang cangking salaka domas, peruhkeun guriang tujuh
urang saba pirang cocoba, matri diri ku panguji tur pangaji
nu bakal nganteur diri minuju sajati, mapag jaya
purnawidyaprajna
( gending naik menjadi tabuhan kering lalu berhenti menyentak )
Adegan III
Narator
Guriang
Mundinglaya
Guriang
Mundinglaya
:
:
:
:
:
( juru rajah, juru pantun, juru kacapi naik keatas panggung )
mundinglaya jati sunda manusa pinuh siloka
mundinglaya jati sunda manusa pinuh siloka
muka garba ucul jiwa, mesating jatining diri
leupas raga neja sukma unggah ka alam maya
dek kamana cenah kang pahlawan urang teh ( alok )
dek nuju guriang tuguh mineja jungring salaka
oh....................... naek naon kang
teuing atuh.............
kapal udara ?
teing atuh.......
kapal cai ?
teuing atuh
har naha naek naon.......?!, oh.
angkot nya?
tong loba ngomong.........
ari enggeus kunaon akang bet bengong, jeung siga nu sieun kitu
itu.. itu..itu naon
mana akang ?
tah di tukang
tukang mana ari akang ?
tukangeun maneh, halig siah
lumpat................................( semuanya lari keluar panggung )
kang aya naon, itu aya guriang tujuh comel
mana itu jigrah-jigrah kadieu
( gending bubuka dengan irama agak cepat menyentak kelucuan yang ditampilkan oleh juru pantun cs )
( masuk 7 penari badawang sebagai visualisasi guriang tujuh ketengah pentas. tiap badawang dikalungkan identitas dengan nama; males, mabur,mabok,uniko,maling,miang berang,bagadang )
hey hey hey..........
hoy hoy hoy hoy
alah-alah didieu loba nu geulis
aeh aeh nu gelis geuning buntutan
lalaki ?, awewe duka teuing
hey hey hey..........
hoy hoy hoy hoy
idih idih didieu loba nu gandang
aeh aeh nugandang di lipen sanip
lalaki, awewe?, duka teuing
males, siap
mabur, siap
uniko, siap
abok, siap hayu urang maju
gadang, siap
kabeurangan, siap
aling, siap hayu urang maju
ngagempur nu sarakola sangkan teu lulus engkena
hey hey hey..........
hoy hoy hoy hoy
( semua menari dengan gerak-gerak danawaan dipirig lagu sawilet, lalu musik berubah berubah dengan ilustrasi ketegangan )
guriang tujuh, nu ngistren jungring salaka
kula mundinglaya siap keur danalaga
keprak wadia balad tamtama
geura tadah ajian tajimalela
jumpul para batur-batur
tunggu kaula dilangit ka tujuh.
( masuk penari umbul-umbul mengepung 7 penari badawang, musik tegang, kolaborasi antara gamelan dengan salendro dengan keyborad dipadukan menjadi suasana mencekam )
aeh aeh mangkeluk siah
wani-wani geus ngaranjah
ngobrak-ngabrik ieu wilayah
geura ngajirim pama sia hayang pejah ( sampakan degung )
pama anjeun nyaah kana raga
salaka domas serahkeun ka kaula
pama nyata andika nolak
tong nyalahkeun pama kudu patelak
Guriang :
heh, manusa
pajajaran memang tempat andika
tapi inget, ieu jungring salaka
iwal ngaing nu ngawasa tur kawasa
Mundinglaya
heug pama andika baha
tapi poma tong mangga pulia
( kedua pasukan antara penari badawang dan umbul-umbul saling berhadapan, dengan garak-gerak padanan sebagai simbol peperangan fisik antara pasukan mundinglaya dan guriang tujuh, walau pada akhirnya pasukan guriang tujuh terdesak oleh pasukan mundinglaya )
Guriang
:
mundur.......................... ( menyentak tiba-tiba )
teu becus, si abok,aling,abul
halik ku kawula nyangkalak ieu jalma
mundinglaya, tong ujub turta agul
gera tadah, geura sumerah sakeudeung deu andika lekasan mijadi jalma
( maka dengan iringan sampak degung dan salendro saling bertahutan kedua sakti itu bertarung hingga mundinglaya terdesak, dan tidak sadarkan diri )
hey hey hey..........
hoy hoy hoy hoy
alah-alah didieu loba nu keok
kumeok memeh di pacok
pacundang dipakalangan
wer...wer...wer.wer... wer.wer...
wer...wer...wer.wer... wer.wer...
Padmawati
Guriang
:
: ( suara tanpa bentuk / suara-suara )
Anaking Mundinglaya, poma ulah ujub riya
Sing igin milampah uji pengkuh tukuh kana tuju
Anking, jiad ambu widak restu ngajurung laku
Geura cangking salaka domas, waras
( Mundinglaya sadar akan kesalahannya, lalu dia kembali ke medan laga menyatroni guriang tujuh dan terjadilah perang campuh antara kedua pasukan yang di selingi dengan beradunya dua tokoh, hingga pada akhirnya guruang tujuh terdesak dan harus menerima kekalahan )
tobat putra pajajaran
kula ngaku eleh wewesen
jajaten .
andika memang putra mahkota
andika memang jalma purnawidyaprajna
kula nyurup, miraga sukma
dina badan andika
( Musik bergemuruh sebagai simbol Inisiasi, penyatuan raga dan sukma guriang tujuh yang bersemayam dalam raga mundinglaya )
Adegan IV
Narasi
:
juang, tandang kalawan meunang
geus ngalangkang digerbang pajajaran
sang putra mahkota nukeses tur gandang
lungsur tilangit katujuh kalawan kajembaran
Juru Lagu
Padmawati
Narator
Juru Lagu
Narator
Narator
Narator/ Protokoler
Narator/ Protokoler
:
:
:
:
:
:
:
:
( Masuk juru pantun, juru kacapi katut ki lengser )
Horeee......................
( Mijil )
mesat ngapung putra pajaran
ngemban kaelmuan
gagah tandang ceta tur pertentang
salaka domas kacangking
sembah sujud renkuh
dipayuneun kang jeng ibu
( masuk gending pajajaransebagai penyambutan putra mahkota yang telah selesai mengemban tugasnya.masuk penari pager ayu menyambut
kedatangan Mundinglaya yang kembali dari kayangan )
Wilujeng rawuh anaking jimat awaking
ambu sono kahidep kembang soca jatining asih
rayahat geus nganti-nganti
hiji pamimngpin bijak tur sajati
nupinuh kajembaran elmu
nu leber wawanen hate
Salaka domas hiji siloka pikeun hirup kumbuh
ageman gegeden nu pinuh pangajen ajen
geura tandang makalangan putra pajajaran
ronjat pangwangunan tur karaharjan
( Musik berubah pada gending Gambir sawit sebagai pengiring pasukan umbul-umbul pertanda pengharapan akan masyarakat banyak pada perubahan dan pembangunan)
Bul Ngumbul umbul-umbul dialak paul
Bar kelebet hate ngagupai ngarangkul
Ngahiap sang kusumah bangsa
Ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagari.
Dipapag ku payung tangtung
Disambut kidung pangagung agung
Pur ngempur cahya ti wetan
Ngagulung mihurun balung
Aduh kasep, calon pangagung
Geura sambat indung bapak
Sumujud ka kangjeng ibu
Neda pidua tur restu
Sangkan hidep nu saestu
( Gending berubah pada lagu Pangapungan )
munguh ari pangagung
jembar rasa tur linuhung
eunteuyeup keupat lenyepan
gagah tungkul kewes sieupan
dijajap helaran mojang
diring hariring dangding
dangiang komara ngajimantara
ngabewara geus datang raharja
kararjan nu di emban
sang putra pajajaran
prabu siliwangi
( Gending bergemuruh melambangkan penobatan sang putra mahkota menjadi seorang raga dengan gelar silih wangi )
Silihwangi, siliwangi nungistren nagri
ayeuna kantun jujuluk na sanubari
ieu nagri nagara pajajaran
pakuwuwuan pakuwon raharjan
geus meujeuh tinurun bakti
seren sumeren ka cikal generasi
( Masuk siswa-siswi terbaik SMPN 2 Bayongbong untuk menerima lalayang salaka domas dan kujang sebagai simbol penyerahan kekuasaan serta regenerasi untuk membangun tanah tercinta ini, Jawa barat Gending berubah pada lagu Lengser Midang dan ki lengserpun menari menjemput putra-putri terbaik)
Setelah sampai di tengah pentas maka seluruh penari membentuk lingkaran melungkungi tokoh mundinglaya dan para siswa terbaik itu. Masuk Kepala sekolah ketengah panggung untuk menerima sibolisasi pnyerahan salaka Domas dari Tokoh Mudinglaya untuk diserahkan pada penerusnya yaitu siswa-siswi terbaik SMPN 2 bayongbong )
Kahatur bapak Kepala sekolah SMPN 2 Bayongbong
Bapak jajang Supriatna S.Pd., M.Pd.
Kalayan teungirangan rasa hormat sim kuring
Mugia bapak kersa nampi simbolisasi seren sumeren
spirit pajajaran ti wanci bihari
kanggo didugikeun ka para wisudawan-wisudawati terbaik
salaku simbol pajajaran kiwari
( Pasukan umbul-umbul bergerak membentuk gapura untuk jalan bapak kepala sekolah menuju tokoh Mundinglaya dikusumah . setelah sampai penyerahan salaka Domas diterima oleh kepala sekolah yang diiringi dengan guruh semua waditra, musik berubah pada ilustrasi kacapi suling)
( Wejangan ti kepala sekolah )
Geulis anaking murid bapak
ayeuna geus meujeuhna pikeun hidep lunta
lunta miang nyuprih elmu pangaweruh
kaweruh nu leuwih luhur.
geura bral sungsi pangarti randap pangabisa
kasep anaking murid ibu
pama tea mah aya kasalahan tur kaalpaan
muga hidep ngamaphum jembar na kalbu
sabab teupisan-pisan bapak ibu mikangewa
nu puguhma gumulung kanyaah
sagara katresna nuleber lir sagara.
ayeuna masing beurat tapi da kumaha
waktu geus teu bisa ditangtu
hidep meujeuh mulang kapangkuan ibu rama
baheula hidep diseren kabapak tur ibu
ayeuna bapak nyerenkeun hidep kaasalna
sakali deui hampura bapak tur ibu kasep
hampura bapak tur ibu geulis
brallllllllllll.........................
( Bapak Kepala Sekolah Menyerahkan salaka Domas / Ijazah kepada perwakilan siswa terbaik kelas IX, penari payung memayungi pelaku dunia pendidikan tersebut untuk diserahkan pada orang tuanya diiringi gending catrik dalam lagu Tepang Asih. Setelah sapai dipangkuan Orang tuanya maka gending berubah pada melodi awal serta semua penari dan pendukung garapan ini membentuk garis horizontal dan memebrikan hormat pada semua hadirin/ pernonton. Juru pantun , juru kacapi dan dan alok masih berada ditengah pentas )
Ehm, tun aya kewes eta carita munding laya teh gening ( alok )
Enya atuh batur mah sakitu tamadana ka indung teh ( juru pantun )
Tapi ari barudak ayeuna kitu teu teu nya ? ( alok )
Teuing atuh...
Teuing rek nurutan gurinag abok,guriang abur, guriang males
Tapi inget pama guriang justru nu di turut tungguan weh jebleh tah.
Na kumaha kitu ( sambil meninggalkan pentas )
Enya sokweh pikir ku ilaing kolot mah nyakolakeun nu sakitu hesena
Sakitu ripuhna ari datang ka sakola ngadon teu pararuguh, pan ari nukitu naon disebutna ko.. ( kaget karena juru alok sudah tak ada ditempat )
Dasar borokokok..............
alokkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
Tamat
Lemah cai kuring, 15 Maret 2010