Selasa, 17 Mei 2011

Purnawidyaprajna

Sinopsis : Belajar merupakan proses pencarian jati diri manusia untuk lebih baik dalam hidup dan kehidupannya dimasa yang akan datang. Pembelajaran adalah sebuah proses pencapaian keilmuan tertentu yang ditempuh dengan sebuah proses perjuangan dalam menundukan keliaran dalam dirinya untuk dapat ditaklukan hingga mencapai batas inisiasi dan lahir sebagai manusia baru dengan berbagai wawasan, sikap,kecakapan yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya.Purna Widya Prajna, adalah sebuah proses kemenangan seorang manusia dalam menundukan berbagai rintangan dan kendala hidupnya, hingga dapat menuntaskan perjuangannya dengan sempurna.


Sumber Cerita : Naskah Pantun Munding Laya Dikusumah



Ringkasan Cerita : Diceritakan seorang tokoh pantun bernama Mundinglaya Dikusumah yang dinobatkan sebgai calon raja pajajaran, Padmawati sebagai seorang ibu menginginkan anaknya dapat menjalankan tugas keprabuannya dilaksanakan dengan baik, adil, jujur dan bijaksana. Mundinglaya dititipkan padaadiknya Guru Gantangan untuk digembleng menjadi seorang manusia sempurna.

Guru Gantangan mempunyai seorang putra bernama Haria Banga yang seumuran dengan Mundinglaya Dikusumah. Sebagai seorang manusia Guru Gantangan Terhasut sisi jelek kehidupannya maka ia berniat untuk merebut tahta kerajaan dan menobatkan Haria Banga sebagai calon raja. Munding Laya di penjarakan dalam sebuah penjara bawah air di leuwi Sipatahunan.

Melihat gelagat demikian maka dengan segenap keberanian Padmawati membebaskan Mundinglaya Dikusumah serta menyarankan untuk berangkat ke Jungring Salaka yang bersada dilangit ke tujuh Tempat Guriang Tujuh bersemayam. Padmawati berpesan bahwa anaknya harus bisa merebut Salaka Domas, yang berada pada gengaman Guriang Tujuh.

Berangkatlah sang pangeran menuruti tugas ibundanya untuk berangkat ke langit ke tujuh bersama para pengawalnya seperti gelap ngampar, gagak lumayung dan lainnya.berbagai halangan dan rintangan telah ditaklukannya dengan baik sampai ia harus berhadapan dengan guriang tujuh penguasaka jungring salaka. Dengan segenap kekuatan dan kedekatannya serta kekuatan doa ibunya sang pangerang pun dapat merebut Salaka Domas dari genggaman Guriang Tujuh.

Turunlah Sang Manusia sejati ke bumi dan menghaturkan sembah sujudnya pada ibunda Padmawati sebagai satu kekuatan spiritual yang menjadi pendorong keberhasilannya. Maka dinobatkanlah Sang Pangeran menjadi penguasa pajajarandengan gelar PRABU SILIHWANGI atau lebih terkenal dengan julukan Prabu Siliwangi.

Analisa karakter : MUNDINGLAYA DIKUSUMAH sebagai simbol kebaikan dari sisi baik manusia merupakan contoh tauladan yang harus ditiru semangat, serta perjuangannya dalam mencapai proses pendewasaan dirinya ( inisiasi ) dengan cara menempuh berbagai ujian, baik dari gurunya, ibunya, dan kendala dalam kehidupannya. Tetapi dengan satu keyakinan ia dapat menuntaskan semuanya dengan sempurna ( Prajna ) hingga gelar Prabu dapat ia sandang sebagai simbol dari keberhasilannya dalam menuntut Ilmu dan pengetahuan tentang tatacara emngeloala negara ( Salaka domas ) sampai selesai ( Purna Widya ). Ia di Wisuda dengan gelar PRABU SILIWANGI.

HARIA BANGA simbol dari manusia yang ambisius yang menghalalkan segala cara dengan memanfaatkan kekuasaan ayahnya sendiri untuk mencapai suatu tujuan tertentu malah tidak berhasil menemukan jati dirinya, ia terbelenggu dengan kebanggan semu dan berakhir dipenjara pajajaran

PADMAWATI sosok seorang Ibu yang begitu alem, penuh motivasi dan doa telah berhasil membentuk karakter anaknya menjadi manusia PURNAWIDYAPRAJNA, menjadi gambaran serta simbol kekuatan doa serta kasih sayang orang tua terhadap anaknya.

GURIANG TUJUH sosok peri suci yang telah menguasai berbagai bidang keilmuan terutama Gegaman Salaka Domas terkadang lebih banyak menguji dan memberikan wawasan dengan caranya, Ia memberikan gegaman tidak asal memberi tetapi melewati proses pengujian serta pertarungan yang sangat alot hingga Ia dapat menitis pada manusia yang memang sudah sampai pada batas PURNAWIDYAPRAJNA Guriang Tujuh lebih pantas disimbolkan sebagai suatu lembaga Pendidikan / sekolah hingga untuk menemuinya mundinglaya harus menempuh langit ke tujuh ( punya cita-cita tinggi ) hanya untuk sampai dijungring salaka.



Ploting : 1. Visualisasi tokoh Mundinglaya Dikusumah sebagai sosok manusia yang telah cukup umur untuk mengemban tugas kehidupan dan menjalankan tampuk kekuasaan pajajaran;

2. Visualisasi penyerahan tanggung jawab dari orang tua ( padmawati pada seorang guru gantangan untuk menggembleng anaknya menjadi manusia yang punya jatidiri, wawasan, sikap, serta kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupannya dimasa yang akan datang.

3. Visualisasi Inisiasi / pencarian jati diri seorang manusia dalam menempuh pembelajaran hidupnya dalam hikmah yang digambarkan dengan peperangan sebagai simbol penaklukan keliaran-keliaran diri dalam mencapai kesempurnaan

4. Visualisasi keberhasil seorang Mundinglaya Dikusumah dalam menempuh Ujian Hidupnya hingga di Wisuda sebagai purnawidyaprajna dengan gelar PRABU SILIWANGI

Naskah Senratawacana

“ Purnawidyaprajna “

Adegan I

Overture : Panggung Kosong, perkusi mulai ditabuh sebagai permulaan bahwa pertunjukan akan dimulai,terdengar sengauan suara-suara sebagai representasi lagu Bima Mobos yang diungkap dengan Vokal dan Keyboard ( Horn ) yang ditimpali Gamelan degung dengan tempo lambat menuju cepat hingga menyentak auditif sebagai upaya pemukauan serta pengkondisian suasana yang akan dibangun.

Rajah : Masuk Pirigan Kacapi bersamaan dengan juru pantun yang ditimpali suasana yang dibunyikan gamelan degung.

Masuk seorang Juru pantun, Juru Rajah, juru kacapai dan pemeran utama dalam cerita pantun ini ke ketengah panggung lalu memvisualisasikan sebuah proses seni pantun dengan cerita Mundinglaya Dikusumah.

( Kacapi papantunan dan Juru Rajah )

Pun Sapun kanu Agung ka Gusti nu Maha Suci

Pun Sapun kanu Agung ka Gusti nu Maha Suci

Jisim abdi seja Midua Midua Kasalametan

Muga ieu Kariaan langsar Lungsur nu diteda

Lulus Banglus nu diseja.... ( Juru Rajah )

Kacatur dihiji lembur kaguar dihiji tempat, mundinglaya dikusumah sang putra padmawati nu nuju ngahurun balung mirenung panitah indung. Aduh alah ieung, aduh alah ieung , aduh alah ieung uing kudu maju ngaheuyeruk dayeuh makalangan ngolah nagara, aduh alah ieung aduh alah ieung.

Bingung nu taya tungtung seunggah nu taya batas

Bingung nu taya tungtung seunggah nu taya batas

Tapi kitu teu kitu-kitu acan mah lain oge calon Raja, nya kang ( alok )

Da sumuhun kitu pisan da sumuhun kitu pisan ( juru Pantun )

Teras kumaha tah munding laya teh kang jujutanana ( alok )

Oh lamun eta mah hayu urang sakseni we..............................

Ya ya ya ya nunang naning nang nuninaaaaaang ( eup ah, eup ih )

Nunang naning nang nuninang nuang naning nang nuninag.. ( hoyah )

Para pemeran utama berdiri dan menuju ke tengah panggung serta untuk memulai cerita.



Adegan II

Narator























Padmawati :























: leuwi sipatahunan jadi saksi

lahirna hiji manusa sajati

nu gagah perkosa,adil bijaksana tur masagi

hiji spirit nu pinuh ku pangarti

leber wawanen,tur kajembaran ati

calon prabu siliwangi.

( Musik / pirigan lagu Bima Mobos yang dikolaborasikan dengan keyboard dan vokal / suara-suara, masuk penari putri yang menggambarkan kegelisahan Padmawati )

Sang Ibu Padmawati guligah ati

Ras ka putra pupujen ati

Melang longkewang ngagedag diri

Deudeuh kasep anak ambu hiji-hijina ( kembang Tanjung Panineungan )

Hiji waktu hidep ngarti kana naon maksudna

Maksud tina siloka laksaning siloka

geura cangking salaka domas gegaman guriang tujuh

Geura tundukkeun sagala panyakit diri nu nyiliwuri dina ati

hidep geus meujeuhna miang ngarandap juang

hidep geus manjing wanci miboga jati diri

bral kasep geura sorang jungring salaka

deudeuh kasep................................

( Musik Berubah dari suasana hening bermodulasi ke suasana agak gaduh dengan dimasukannya elemen musik gamelan sebagai aksentuasi )

Mundinglaya : Ambu ibunda Padwati........ ( lemah cai kuring, nagri endah asri .......... )

ibu suri lemah cai petetan istren nagari

putra sumujud tur miharep ridlo salira ibu

pidua tur pangjurung salira disidem na ati sanubari

mugia putra saenggalna meruhkeun kakuatan guriang tujuh

ngageum salaka domas nyangking jungkiring jungring

putra amit mundur, undur tina kembang sosoca

putra seja anggang, miang nemonan juang

Sampurasun ibu............ ( Teu Honcewang sumoreang....................... )

( masuk Penari bendera melingkari mundinglaya,menari rampak dengan tema heroik sebagai simbol kesiapan jiwa munding laya menuju medan laga yang diiringi dengan lagu mars)

Hayu paman ranggalawe, gagak lumayung, kidang pananjung

urang miang kalangit katujuh,jungring salaka nu agung

urang cangking salaka domas, peruhkeun guriang tujuh

urang saba pirang cocoba, matri diri ku panguji tur pangaji

nu bakal nganteur diri minuju sajati, mapag jaya

purnawidyaprajna

( gending naik menjadi tabuhan kering lalu berhenti menyentak )

Adegan III

Narator



























































Guriang













































Mundinglaya



















Guriang









Mundinglaya

:



























































:













































:



















:









:







( juru rajah, juru pantun, juru kacapi naik keatas panggung )

mundinglaya jati sunda manusa pinuh siloka

mundinglaya jati sunda manusa pinuh siloka

muka garba ucul jiwa, mesating jatining diri

leupas raga neja sukma unggah ka alam maya

dek kamana cenah kang pahlawan urang teh ( alok )

dek nuju guriang tuguh mineja jungring salaka

oh....................... naek naon kang

teuing atuh.............

kapal udara ?

teing atuh.......

kapal cai ?

teuing atuh

har naha naek naon.......?!, oh.

angkot nya?

tong loba ngomong.........

ari enggeus kunaon akang bet bengong, jeung siga nu sieun kitu

itu.. itu..itu naon

mana akang ?

tah di tukang

tukang mana ari akang ?

tukangeun maneh, halig siah

lumpat................................( semuanya lari keluar panggung )

kang aya naon, itu aya guriang tujuh comel

mana itu jigrah-jigrah kadieu

( gending bubuka dengan irama agak cepat menyentak kelucuan yang ditampilkan oleh juru pantun cs )

( masuk 7 penari badawang sebagai visualisasi guriang tujuh ketengah pentas. tiap badawang dikalungkan identitas dengan nama; males, mabur,mabok,uniko,maling,miang berang,bagadang )

hey hey hey..........

hoy hoy hoy hoy

alah-alah didieu loba nu geulis

aeh aeh nu gelis geuning buntutan

lalaki ?, awewe duka teuing

hey hey hey..........

hoy hoy hoy hoy

idih idih didieu loba nu gandang

aeh aeh nugandang di lipen sanip

lalaki, awewe?, duka teuing

males, siap

mabur, siap

uniko, siap

abok, siap hayu urang maju

gadang, siap

kabeurangan, siap

aling, siap hayu urang maju

ngagempur nu sarakola sangkan teu lulus engkena

hey hey hey..........

hoy hoy hoy hoy

( semua menari dengan gerak-gerak danawaan dipirig lagu sawilet, lalu musik berubah berubah dengan ilustrasi ketegangan )

guriang tujuh, nu ngistren jungring salaka

kula mundinglaya siap keur danalaga

keprak wadia balad tamtama

geura tadah ajian tajimalela

jumpul para batur-batur

tunggu kaula dilangit ka tujuh.



( masuk penari umbul-umbul mengepung 7 penari badawang, musik tegang, kolaborasi antara gamelan dengan salendro dengan keyborad dipadukan menjadi suasana mencekam )



aeh aeh mangkeluk siah

wani-wani geus ngaranjah

ngobrak-ngabrik ieu wilayah

geura ngajirim pama sia hayang pejah ( sampakan degung )



pama anjeun nyaah kana raga

salaka domas serahkeun ka kaula

pama nyata andika nolak

tong nyalahkeun pama kudu patelak

Guriang :

heh, manusa

pajajaran memang tempat andika

tapi inget, ieu jungring salaka

iwal ngaing nu ngawasa tur kawasa



Mundinglaya



heug pama andika baha

tapi poma tong mangga pulia

( kedua pasukan antara penari badawang dan umbul-umbul saling berhadapan, dengan garak-gerak padanan sebagai simbol peperangan fisik antara pasukan mundinglaya dan guriang tujuh, walau pada akhirnya pasukan guriang tujuh terdesak oleh pasukan mundinglaya )





Guriang

:

mundur.......................... ( menyentak tiba-tiba )

teu becus, si abok,aling,abul

halik ku kawula nyangkalak ieu jalma

mundinglaya, tong ujub turta agul

gera tadah, geura sumerah sakeudeung deu andika lekasan mijadi jalma

( maka dengan iringan sampak degung dan salendro saling bertahutan kedua sakti itu bertarung hingga mundinglaya terdesak, dan tidak sadarkan diri )

hey hey hey..........

hoy hoy hoy hoy

alah-alah didieu loba nu keok

kumeok memeh di pacok

pacundang dipakalangan

wer...wer...wer.wer... wer.wer...

wer...wer...wer.wer... wer.wer...







Padmawati



















Guriang



:



















: ( suara tanpa bentuk / suara-suara )



Anaking Mundinglaya, poma ulah ujub riya

Sing igin milampah uji pengkuh tukuh kana tuju

Anking, jiad ambu widak restu ngajurung laku

Geura cangking salaka domas, waras



( Mundinglaya sadar akan kesalahannya, lalu dia kembali ke medan laga menyatroni guriang tujuh dan terjadilah perang campuh antara kedua pasukan yang di selingi dengan beradunya dua tokoh, hingga pada akhirnya guruang tujuh terdesak dan harus menerima kekalahan )



tobat putra pajajaran

kula ngaku eleh wewesen

jajaten .

andika memang putra mahkota

andika memang jalma purnawidyaprajna

kula nyurup, miraga sukma

dina badan andika



( Musik bergemuruh sebagai simbol Inisiasi, penyatuan raga dan sukma guriang tujuh yang bersemayam dalam raga mundinglaya )



Adegan IV



Narasi

:

juang, tandang kalawan meunang

geus ngalangkang digerbang pajajaran

sang putra mahkota nukeses tur gandang

lungsur tilangit katujuh kalawan kajembaran







Juru Lagu























Padmawati





























Narator











Juru Lagu



















Narator





























Narator

































Narator/ Protokoler























Narator/ Protokoler





:























:





























:











:



















:





























:



































:

























:

( Masuk juru pantun, juru kacapi katut ki lengser )

Horeee......................

( Mijil )

mesat ngapung putra pajaran

ngemban kaelmuan

gagah tandang ceta tur pertentang

salaka domas kacangking

sembah sujud renkuh

dipayuneun kang jeng ibu



( masuk gending pajajaransebagai penyambutan putra mahkota yang telah selesai mengemban tugasnya.masuk penari pager ayu menyambut

kedatangan Mundinglaya yang kembali dari kayangan )



Wilujeng rawuh anaking jimat awaking

ambu sono kahidep kembang soca jatining asih

rayahat geus nganti-nganti

hiji pamimngpin bijak tur sajati

nupinuh kajembaran elmu

nu leber wawanen hate

Salaka domas hiji siloka pikeun hirup kumbuh

ageman gegeden nu pinuh pangajen ajen

geura tandang makalangan putra pajajaran

ronjat pangwangunan tur karaharjan



( Musik berubah pada gending Gambir sawit sebagai pengiring pasukan umbul-umbul pertanda pengharapan akan masyarakat banyak pada perubahan dan pembangunan)



Bul Ngumbul umbul-umbul dialak paul

Bar kelebet hate ngagupai ngarangkul

Ngahiap sang kusumah bangsa

Ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagari.

Dipapag ku payung tangtung

Disambut kidung pangagung agung

Pur ngempur cahya ti wetan

Ngagulung mihurun balung

Aduh kasep, calon pangagung

Geura sambat indung bapak

Sumujud ka kangjeng ibu

Neda pidua tur restu

Sangkan hidep nu saestu



( Gending berubah pada lagu Pangapungan )



munguh ari pangagung

jembar rasa tur linuhung

eunteuyeup keupat lenyepan

gagah tungkul kewes sieupan

dijajap helaran mojang

diring hariring dangding

dangiang komara ngajimantara

ngabewara geus datang raharja

kararjan nu di emban

sang putra pajajaran

prabu siliwangi



( Gending bergemuruh melambangkan penobatan sang putra mahkota menjadi seorang raga dengan gelar silih wangi )



Silihwangi, siliwangi nungistren nagri

ayeuna kantun jujuluk na sanubari

ieu nagri nagara pajajaran

pakuwuwuan pakuwon raharjan

geus meujeuh tinurun bakti

seren sumeren ka cikal generasi



( Masuk siswa-siswi terbaik SMPN 2 Bayongbong untuk menerima lalayang salaka domas dan kujang sebagai simbol penyerahan kekuasaan serta regenerasi untuk membangun tanah tercinta ini, Jawa barat Gending berubah pada lagu Lengser Midang dan ki lengserpun menari menjemput putra-putri terbaik)

Setelah sampai di tengah pentas maka seluruh penari membentuk lingkaran melungkungi tokoh mundinglaya dan para siswa terbaik itu. Masuk Kepala sekolah ketengah panggung untuk menerima sibolisasi pnyerahan salaka Domas dari Tokoh Mudinglaya untuk diserahkan pada penerusnya yaitu siswa-siswi terbaik SMPN 2 bayongbong )



Kahatur bapak Kepala sekolah SMPN 2 Bayongbong

Bapak jajang Supriatna S.Pd., M.Pd.

Kalayan teungirangan rasa hormat sim kuring

Mugia bapak kersa nampi simbolisasi seren sumeren

spirit pajajaran ti wanci bihari

kanggo didugikeun ka para wisudawan-wisudawati terbaik

salaku simbol pajajaran kiwari

( Pasukan umbul-umbul bergerak membentuk gapura untuk jalan bapak kepala sekolah menuju tokoh Mundinglaya dikusumah . setelah sampai penyerahan salaka Domas diterima oleh kepala sekolah yang diiringi dengan guruh semua waditra, musik berubah pada ilustrasi kacapi suling)



( Wejangan ti kepala sekolah )

Geulis anaking murid bapak

ayeuna geus meujeuhna pikeun hidep lunta

lunta miang nyuprih elmu pangaweruh

kaweruh nu leuwih luhur.

geura bral sungsi pangarti randap pangabisa

kasep anaking murid ibu

pama tea mah aya kasalahan tur kaalpaan

muga hidep ngamaphum jembar na kalbu

sabab teupisan-pisan bapak ibu mikangewa

nu puguhma gumulung kanyaah

sagara katresna nuleber lir sagara.

ayeuna masing beurat tapi da kumaha

waktu geus teu bisa ditangtu

hidep meujeuh mulang kapangkuan ibu rama

baheula hidep diseren kabapak tur ibu

ayeuna bapak nyerenkeun hidep kaasalna

sakali deui hampura bapak tur ibu kasep

hampura bapak tur ibu geulis

brallllllllllll.........................

( Bapak Kepala Sekolah Menyerahkan salaka Domas / Ijazah kepada perwakilan siswa terbaik kelas IX, penari payung memayungi pelaku dunia pendidikan tersebut untuk diserahkan pada orang tuanya diiringi gending catrik dalam lagu Tepang Asih. Setelah sapai dipangkuan Orang tuanya maka gending berubah pada melodi awal serta semua penari dan pendukung garapan ini membentuk garis horizontal dan memebrikan hormat pada semua hadirin/ pernonton. Juru pantun , juru kacapi dan dan alok masih berada ditengah pentas )

Ehm, tun aya kewes eta carita munding laya teh gening ( alok )

Enya atuh batur mah sakitu tamadana ka indung teh ( juru pantun )

Tapi ari barudak ayeuna kitu teu teu nya ? ( alok )

Teuing atuh...

Teuing rek nurutan gurinag abok,guriang abur, guriang males

Tapi inget pama guriang justru nu di turut tungguan weh jebleh tah.

Na kumaha kitu ( sambil meninggalkan pentas )

Enya sokweh pikir ku ilaing kolot mah nyakolakeun nu sakitu hesena

Sakitu ripuhna ari datang ka sakola ngadon teu pararuguh, pan ari nukitu naon disebutna ko.. ( kaget karena juru alok sudah tak ada ditempat )

Dasar borokokok..............

alokkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

Tamat





Lemah cai kuring, 15 Maret 2010

DOKUMEN PORTOPOLIOKU

PENGETAHUAN KARAWITAN